Macam Malaikat & Fungsinya : Studi Tafsir Al-Qur’an Surah An-Naziat Ayat 1-4 - Makalah Lengkap
Makalah ini ditampilkan secara penuh pada halaman web www.FaisalHilmi.com ini. Lengkap dengan footnote & daftar pustaka. Anda bisa baca langsung atau download gratis makalah Malaikat & Fungsinya : Studi Tafsir Quran surat An-Naziat ayat 1-4 klik http://goo.gl/i49Sn. Hargailah karya ini dengan mencantumkan sumbernya. Memaknai hidup dengan berbagi.
Makalah
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Kelompok
Mata Kuliah Tafsir Aqidah
Dosen
Pengampu : Prof. Dr. H. Hamdani Anwar
Oleh :
Faisal
Hilmi
NIM. 1110034000144
JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA
1433 H /
2012 M
1. Qur’an Surah
An-Naziat : 1-4
1). Demi (Malaikat-malaikat[1])
yang mencabut (nyawa) dengan keras. 2).
Dan (Malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan lemah-lembut. 3). Dan (Malaikat-malaikat) yang turun dari
langit dengan cepat. 40. Dan
(Malaikat-malaikat) yang mendahului dengan kencang (Q.S. An-Naziat
: 1-4)[2]
2.
Makna Topik
Dalam kitab Jami’
al-Bayan an Ta’wil Ayi al-Qur’an karya Abu Ja’far Muhammad bin Jarir
Ath-Thabari menyebutkan bahwa Tuhan Yang Maha Mulia bersumpah dengan pencabut
yang mencabut dengan keras $]%öxî M»tãÌ»¨Y9$#ur. Para ahli
tafsir berbeda pendapat mengenai M»tãÌ»¨Y9$# [3]”pencabut,”
dan apa yang dicabut?[4]
Sedang lanjut
Ath-Thabari ada yang mengatakan bahwa $VÜô±nS
ÏM»sÜϱ»¨Z9$#ur maksudnya
adalah kematian yang mencabut nyawa manusia. Mereka yang berpendapat demikian
menyebutkan riwayat-riwayat diantaranya : Abu Kuraib menceritakan kepada
kami, ia berkata : Waki menceritakan kepada kami dari Sufyan, dari Ibnu Abi
Najih, dari Mujahid, tentang firman-Nya, $VÜô±nS ÏM»sÜϱ»¨Z9$#ur ia
berkata, “(maksudnya adalah) kematian"[5]
dan
Abu Kuraib menceritakan kepada kami, ia berkata: Waki menceritakan kepada
kami dari Sufyan, dari As-Suddi, tentang firman-Nya, $VÜô±nS ÏM»sÜϱ»¨Z9$#ur ia berkata
“Pencabutannya adalah ketika dicabut dari kedua kaki”[6]
Ath-Thabari juga mengatakan
bahwa ada pula yang menafsirkan bahwa itu adalah bintang-bintang yang
mencabut dari ufuk ke ufuk. Riwayat yang menguatkan pendapat ini
diantaranya : Ibnu Abdil A’la menceritakan kepada kami, ia berkata: Ibnu
Tsaur menceritakan kepada kami dari Ma’mar, dari Qatadah, tentang firman-Nya , $VÜô±nS ÏM»sÜϱ»¨Z9$#ur ia
berkata, “(maksudnya adalah) bintang-bintang” [7]
Ada yang mengatakan
bahwa itu adalah tali penjerat. Didasarkan bahwa Abu Kuraib menceritakan
kepada kami, ia berkata: Waki menceritakan kepada kami dari Washil bin
As-Sa’ib, dari Atha, tentang firman-Nya $VÜô±nS ÏM»sÜϱ»¨Z9$#ur ia
bderkata, “(Maksudnya adalah) tali penjerat”[8]
Ï$[sö7y
M»ysÎ7»¡¡9$#ur maksudnya
adalah, dan demi yang turun dengan cepat. Para ahli tafsir berbeda pendapat
tentang M»ysÎ7»¡¡9$# yang Allah Ta’ala bersumpah dengannya. Sebagian
mengatakan bahwa itu adalah kematian yang turun kepada jiwa manusia. Riwayat
yang sesuai diantaranya : Abu Kuraib menceritakan kepada kami, ia berkata :
Waki menceritakan kepada kami dari Sufyan, dari Ibnu Abi Najih, dari Mujahid,
tentang firman-Nya, Ï$[sö7y M»ysÎ7»¡¡9$#ur ia berkata, “(Maksudnya
adalah) kematian.”[9]
Ada pula yang
mengartikannya malaikat sebagaimana riwayat berikut : Ibnu Humaid
menceritakan kepada kami, ia berkata: Mahran menceritakan kepada kami dari
Abdullah bin Abi Najih, dari Mujahid, tentang firman-Nya, Ï$[sö7y M»ysÎ7»¡¡9$#ur ia
berkata “(Maksudnya adalah) malaikat.”[10]
Ada
yang mengatakan bahwa ,
Ï$[sö7y M»ysÎ7»¡¡9$#ur adalah bintang-bintang yang beredar pada
orbitnya.[11]
Ada pula yang mengatakan bahwa itu adalah bahtera-behtera.[12]
Ayat
ke 4 suarah An-Naziyat $Z)ö7y ÏM»s)Î7»¡¡9$$sù para
ahli tafsir berbeda pendapat pula mengenai ini. Sebagian mengatakan bahwa itu
adalah malaikat, kuda yang mendahului[13],
dan bintang-bintang yang saling mendahului dalam peredarannya.[14]
Riwayat
yang memperkuat pendapat bahwa yang dimaksud adalah malaikat diantaranya : Ibnu Humaid menceritakan
keapda kami, ia berkata: Mahran menceritakan kepada kami dari Sufyan, dari
Abdullah bin Abi Najih, dari Mujahid, tentang firman-Nya $Z)ö7y ÏM»s)Î7»¡¡9$$sù ia berkata, “(maksudnya adalah)
malaikat-malaikat”[15]
Dalam Tafsir Jalalin
dijelaskan bahwa ÏM»tãÌ»¨Y9$#ur (demi
yang mencabut nyawa) atau demi malaikat-malaikat yang
mencabut nyawa orang-orang kafir. $]%öxî
)dengan keras) atau
mencabutnya dengan kasar. $VÜô±nS
ÏM»sÜϱ»¨Z9$#ur (dan demi yang mencabut nyawa dengan
lemah lembut) maksudnya demi malaikat-malaikat yang
mencabut nyawa orang-orang mukmin secara pelan-pelan. $[sö7y ÏM»ysÎ7»¡¡9$#ur (dan
demi yang turun dari langit dengan cepat)
yakni demi malaikat-malaikat yang melayang turun dari langit dengan membawa
perintah-Nya. Dan $Z)ö7y ÏM»s)Î7»¡¡9$$sù
(dan demi yang mendahului dengan kencang) ditafsirkan
malaikat-malaikat yang mendahului dengan kencang membawa arwah orang-orang yang
beriman ke surga.[16]
Sedang dalam Taajut Tafaasir karya
Al-Imam Muhammad ‘usman Abdullah Al-Mirgani dijelaskan bahwa ÏM»tãÌ»¨Y9$#ur maksudnya adalah malaikat maut yang
mencabut nyawa orang-orang kafir dari tubuh mereka. $]%öxî yakni
dengan tarikan yang kasar dank eras dari bagian terdalam tubuhnya. ÏM»sÜϱ»¨Z9$#ur yakni malaikat majut yang mengeluarkan
nyawa ofrang-orang yang mukmin, $VÜô±nS yakni
dengan halus dan mudah. ÏM»ysÎ7»¡¡9$#ur atas
perintah Allah SWT. yakni merekaturun dari langit seakan-akan seperti berenang,
$[sö7y yakni turun dengan cepat.
Dan
ayat 4 surah An-Naziat
$Z)ö7y ÏM»s)Î7»¡¡9$$sù ditafsirkan,
ÏM»s)Î7»¡¡9$$sù yakni
malaikat rahmat lebih dahulu membawa arwah orang-orang mukmin ke dalam surga
dan malaikat azab lebih dahulu membawa arwah orang-orang kafir menuju ke
neraka, $Z)ö7y yakni dengan sangat kencang agar
masing-masing sampai kepada kenikmatan atau azab yang telah disediakan baginya.[17]
Bila Imam Ath-Thobari
menjelaskan maksud makna ayat dengan mengetengahkan berbagai pendapat yang
berbeda. Maka hal ini berbeda dengan penjelasan tafsir Qur’an kitab Tafsir Jalalin
dan Taajut Tafaasir yang langsung menafsirinya dengan malaikat. Bila
dari perbandingan ketiga kitab itu saja dapat mengindikasikan bahwa pendapat
mayoritas ulama tafsir menjelaskan maksud ayat tersebut adalah malaikat.
3. Asbabun Nuzul
Untuk mengethaui
sebab-sebab turunnya surah An-Naziat ayat 1-4, kami mencoba merujuk pada kitab Tafsir
Jalalain karya Imam Jalaluddin Mahalli dan Imam Jalaluddin As-Suyyuti.
Namun dalam penjelasan Asbabun Nuzul Surah An-Naziat tidak diketemukan
penjelasan penyebab turunnya ayat 1-4. Surah An-Naziat ayat 10, 12, dan 42-44
saja yang dijelaskan Asbabun Nuzulnya.[18]
Dalam kitab Taajut
Tafaasir karya Al-Imam Muhammad ‘usman Abdullah Al-Mirgani penjelasan surah
An-Naziat pula tidak kami temukan asbabun nuzul surah An-Naziat ayat 1-4. Hanya
ayat 10, 12, dan 42-44 yang dijelaskan penyebab turunnya. Penjelasan yang
terbatas pada ayat tersebut sama dengan uraian dalam Tafsir Jalalain.[19]
4.
Munasabah Ayat Sebelumnya
Surah ini merupakan surah
ke-79 dari segi penempatannya dalam mushaf, sedang dia adalah surah yang ke-81
dari segi perurutan turunnya. Ia turun sesudah surah An-Naba[20]
dan sebelum surah Al-Infithar[21].
Jumlah ayatnya sebanyak 45 ayat menurut cara perhitungan ulama-ulama kufah dan
sebanyak 46 ayat menurut ulama-ulama lain.[22]
Akhir surah lalu
diakhiri dengan uraian tentang keinginan orang kafir untuk tidak wujud sebagai
manusia tetapi sebagai tanah, Kini awal ayat di atas menguraikan tentang
malaikat-malaikat yang mencabut nyawa manusia. Demikian al-Baqi menghubungkan
awal surah ini dengan akhir surah lalu. Tentu saja hubungan tersebut didasarkan
pada pemahaman bahwa ayat-ayat di atas berbicara tentang malaikat-malaikat yang
bertugas mengakhiri hidup seseorang, baik dengan mencabut keras maupun
perlahan-lahan nyawa seseorang.[23]
Dalam Al-Qur’an dan
Tafsirnya yang disusun Tim Kemenag RI, dijekaskan munasabah surah An-Naziat
bahwa pada ayat-ayat terakhir surah An-Naba, Allah telah menegaskan tentang
kepastian datangnya hari kiamat, di mana malaikat jibril dan para malaikat
lainnya telah siap melaksanakan tugas-tugas mereka. Dijelaskan juga bahwa
orang-orang mukmin diperintahkan untuk memperbanyak amal kebaikan. Pada
ayat-ayat berikut ini—Suarah An-Naziat--, Allah menerangkan bahwa ada para
malaikat yang bertugas mencabut nyawadengan keras dan ada pula yang dengan
lemah-lembut. Juga dijelaskan bahwa orang-orang musyrik tidak pantas untuk
mengingkari adanya hari kebangkitan.[24]
5.
Makna Kandungan Ayat
Dalam menjelaskan kandunganayat 1-4 surah An-Naziat kami awali dengan merujuk kitab Tafsir Ibnu Abbas
karya Ali bin Abi Thalhah. Namun setelah kami mencari penjelasannya, dalam
kitab tafsir ini tidak dijelaskan penafsiran ayat 1-4. Ali bin Abi Thalhah
hanya menafsiri surah An-Naziat ayat 6-8, 10, 28-30 dan 34.[25]
Dalam kitab Tafsir
Ibnu Mas’ud : Jam ‘wa tahqiq wa dirasah karya Muhammad Ahmad Isawi
penafsiran surah An-Naziat dibagi 3 bagian. Yaitu bagian pertama ayat 1-3,
kedua ayat 4, dan ketiga ayat 40-41. Selebihnya tidak ditafsirkan.
Dalam menafsirkan surah
An-Naziyat ayat 1-4, kitab tafsir ini merujuk pada penjelasan Ath-Thabari,
Al-Qurthubi, Ibnu Katsir, dan Al-Baghawi. Ath-Thabari : Ishaq bin Abu
Israil menceritakan kepada kami, ia berkata: An-Nadhr bin Syumail menceritakan
kepada kami, ia berkata: Syu’bah mengabarkan kepada kami dari Sulaiman, ia
berkata : Aku mendengar Abu Adh-Dhuha (menceritakan) dari Masruq dari Abdullah:
$]%öxî
M»tãÌ»¨Y9$#ur
ia berkata, “Para malaikat.”[26]
Al-Qurthubi : Ibnu
Mas’ud berkata, “yang ia maksud roh orang-orang kafir, yang mana malaikat maut
mencabutnya dari jasad-jasad mereka dari bawah setiap rambut dan setiap kuku
serta pangkal kedua telapak kaki, seperti alat pemanggang yang dicabut dari
bulu basah lalu dimasukan lagi, kemudian dicabut lagi dan dimasukan lagi.
Demikianlah yang dilakukannya terhadap orang-orang kafir.”[27]
Ibnu Katsir : adapun
firman Allah Ï$[sö7y M»ysÎ7»¡¡9$#ur ,
Ibnu Mas’ud berkata, “Yaitu para malaikagt”.[28]
Sedang Al-Baghawi menjelaskan ayat 4 : Dari Ibnu Mas’ud berkata, “Maksudnya
adalah, roh orang-orang beriman yang minta buru-buru kepada malaikat (agar
segera dicabut rohnya) karena rindu kepada Allah dan karunia-Nya. Kegembiraan
tampak terlihat dalam mata mereka.”[29]
Bila mengikuti jumhur
ulama bahwa maksud ayat yang kita kaji adalah malaikat. Maka setidaknya ada 3
fungsi malaiakat dalam ayat 1-4 surah An-Naziat tersebut, yaitu mencabut
nyawa, turun dari langit dengan cepat dan mendahului dengan kencang.[30]
Dari ketiga point tersebut.
Point pertama jelas fungsinya yaitu mencabut nyawa. Sedang point turun
dari langit dengan cepat dan mendahului dengan kencang masih cukup
bias maknanya bila dipahami secara leteral.[31]
Darwis Abu Ubaidah
dalam karyanya Tafsir Al-Asas : Tafsir lengkap dan menyentuh ayat-ayat
seputar Islam, Iman dan ihsan menjelaskan bahwa malaikat pencabut nyawa
terkenal di kalangan kita (kaum muslimin) sangat dikenal dengan nama “Izrail”.
Sesungguhnya nama ini tidak pernah ada di dalam Al-Qur’an dan hadis yang
shahih, begitu pula pada kitab-kitab yang telah ditulis para ulama terdahulu.[32]
Dalam menjelaskan tugas
yang diemban oleh malaikat maut ini, Allah juga menginformasikan dalam ayat yang
lain, diantaranya :
As-Sajdah Ayat 11
* ö@è% Nä39©ùuqtGt à7n=¨B ÏNöqyJø9$# Ï%©!$# @Ïj.ãr öNä3Î/ ¢OèO 4n<Î) öNä3În/u cqãèy_öè? ÇÊÊÈ
Katakanlah:
"Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa)mu akan mematikanmu,
Kemudian Hanya kepada Tuhanmulah kamu akan dikembalikan."
Al-An’Am
ayat 61
uqèdur ãÏd$s)ø9$# s-öqsù ¾ÍnÏ$t6Ïã ( ã@Åöãur öNä3øn=tæ ºpsàxÿym #Ó¨Lym #sÎ) uä!%y` ãNä.ytnr& ÝVöqyJø9$# çm÷F©ùuqs? $uZè=ßâ öNèdur w tbqèÛÌhxÿã ÇÏÊÈ
Dan
dialah yang mempunyai kekuasaan tertinggi di atas semua hamba-Nya, dan
diutus-Nya kepadamu malaikat-malaikat penjaga, sehingga apabila datang kematian
kepada salah seorang di antara kamu, ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat kami,
dan malaikat- malaikat kami itu tidak melalaikan kewajibannya.
6.
Petunjuk Ayat
Untuk meyakinkan adanya
hari kebangkitan, Allah bersumpah dengan bermacam-macam malaikat yang
berbeda-beda tugasnya. Dalam surat An-Naziat ayat 1-4, tugas utamanya adalah
mencabut nyawa.
Hal ini memberi
petunjuk pula agar kita sebagai manusia mempersiapakan diri dalam menerima
kedatangan malaikat maut, yang waktu kedatangannya tidak dapat diketahui.
Sehingga ketakwaan terus kita pupuk dalam diri agar dalam berbagai waktu
kapanpun, terang-terangan atau sembunyi, kita selalu melakukan amal sholeh.
DAFTAR
P USTAKA
Ahsin
W. Al-Hafidz , Kamus Islam Al-Qur’an, cet. ke-2, 2006, Jakarta: Amzah.
Isawi, Muhammad Ahmad (penerj. Ali Murtadho
Syahudi), Tafsir Ibnu Mas’ud (ter. Tafsir Ibnu Mas’ud : Jam ‘wa
tahqiq wa dirasah), Cet. ke-1, 2009, Jakarta : Pustaka Azzam.
Mahalli, Jalaluddin dan Imam Jalaluddin As-Suyyuti
(penerj. Bahrun Abu bakar), Tafsir Jalalain Berikut Asbabun Nuzul
Ayat Suart Al-Kahfi s.d An-Nas (terj. Tafsir Jalalin), Jilid 2, cet. ke-6,
2009, Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Al-Mirgani, Al-Imam Muhammad ‘usman Abdullah
(penerj. Bahrun Abu Bakar), Mahkota Tafsir (terj. Taajut Tafaasir),
jilid 3, cet. ke-1, 2009, (Bandung : Sinar Baru Algensindo.
RI, Departemen Agama, Al-Qur’an dan Tafsirnya,
Jilid 10, Cet. ke-1 , 2008, Jakarta : Departemen Agama.
Ath-Thabari,
Abu Ja’far Muhammad bin Jarir (Penerj. Amir Hamzah), Tafsir Ath-Thabari Juz
‘Amma (terj. Jami’ al-Bayan an Ta’wil Ayi al-Qur’an), Jilid ke-26,
cet. ke-1, 2009, Jakarta : Pustaka Azzam.
Syihab, M. Quraish, Tafsir Al-Misbah :
Pesan, kesan dan keserasian al-Quran,
vo. 15, cet. ke-9, 2007, Tangerang Selatan : Lentera Hati.
Thalhah,
Ali bin Abi (penerj. Muhyiidin Mas Rida, dkk.), Tafsir Ibnu Abbas (terj.
Tafsir Ibnu Abbas: Al Musamma Shahifah Ali bin Abu Thalhah an Ibni Abbas fi
Tafsir Al-Qur’an Al-karim),cet. ke-1, 2009 Jakarta : Pustaka Azzam.
Ubaidah, Darwis Abu, Tafsir Al-Asas : Tafsir
lengkap dan menyentuh ayat-ayat seputar Islam, Iman dan ihsan, cet. ke-1,
2012, Jakarta : Pustaka Al-Kautsar.
[1] Malaikat adalah rohani
yang bersifat gaib, diciptakan dari nur (cahaya), yang selalu taat, tunduk, dan
patuh keapada Allah SWT, tidak pearnah ingkar kepada Nya, dan tidak membutuhkan
makan., minum atau tidur. Mereka tidak memiliki keinginan apapun yang bersifat
fisik dan juga kebutuhan2 yang bersifat materil. Mereka meaanghabiskan waktunya
siang dan malam untuk mengabdi kepada Tuhan. Lihat Ensiklopedi Islam,
jilid 3, cet. ke-5 ( Jakart : Ichtiar
Baru Van Hoeve, 1999), h. 135 .
[2] Terjemahan dikutip dari Terjemah al-Qur’an terbitan
Kementrian Republik Indonesia.
[3] Dalam Kamus Islam Al-Quran,
menurut bahasa naza artinya mencabut. Adapun yang dimaksud naza adalah keadaan
menjelang dicabutnya nyawa seseorang, atau sakaratul maut. Lihat Ahsin W. Al-Hafidz , Kamus Islam
Al-Qur’an, cet. ke-2 (Jakarta: Amzah, , 2006), h. 223
[4]
Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari (Penerj. Amir Hamzah), Tafsir
Ath-Thabari Juz ‘Amma (terj. Jami’ al-Bayan an Ta’wil Ayi al-Qur’an),
Jilid ke-26, cet. ke-1 (Jakarta : Pustaka Azzam, 2009), h. 84.
[5] Lihat pula riwayat serupa, Al Mawardi
dalam An-Nukat wa Al ‘uyun
(6/193).
[6] Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari
(Penerj. Amir Hamzah), Tafsir Ath-Thabari Juz ‘Amma (terj. Jami’
al-Bayan an Ta’wil Ayi al-Qur’an), Jilid ke-26, cet. ke-1 (Jakarta :
Pustaka Azzam, 2009), h. 88-89.
Lihat
juga riwayat serupa, Ibnu Abi Hatim dalam tafsirnya (10/3397).
[7]
Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari (Penerj. Amir Hamzah), Tafsir
Ath-Thabari Juz ‘Amma (terj. Jami’ al-Bayan an Ta’wil Ayi al-Qur’an),
Jilid ke-26, cet. ke-1 (Jakarta : Pustaka Azzam, 2009), h. 89.
Lihat
juga riwayat serupa, Abdurrazzaq dalam tafsirnya (3/387).
[8] Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari
(Penerj. Amir Hamzah), Tafsir Ath-Thabari Juz ‘Amma (terj. Jami’
al-Bayan an Ta’wil Ayi al-Qur’an), Jilid ke-26, cet. ke-1 (Jakarta :
Pustaka Azzam, 2009), h. 90.
Lihat
juga riwayat serupa, Al Mawardi dalam An-Nukat wa Al ‘uyun (19/192) dan As-Suyuthi dalam
Ad-Durr Al Mantsur (8/405), menyandarkannya kepada Abd bin Humaid serta Ibnu Al
Mundzir.
[9] Lihat
juga riwayat serupa, Al Mawardi dalam An-Nukat wa Al ‘uyun (6/193) dan Ibnu Al Jauzi
dalam Zad Al Masir (9/16).
[10] Abu
Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari (Penerj. Amir Hamzah), Tafsir
Ath-Thabari Juz ‘Amma (terj. Jami’ al-Bayan an Ta’wil Ayi al-Qur’an),
Jilid ke-26, cet. ke-1 (Jakarta : Pustaka Azzam, 2009), h. 92.
Lihat
juga riwayat serupa, Al-Baghawi dalam
Ma’alim At-Tanzil (4/442), Ibnu Jauzi dalam Zad Al Masir (9/16), dan As-Suyuti
dalam Ad-Durr Al mantsur (8/405), menyandarkannya kepada Abd bin Humaid, Ibnu
Al mundzir, serta Abu Asy-Syaikh.
[11] Bisyr menceritakan kepada kami, ia
berkata: Yazid menceritakan kepada kami, ia berkata: Sa’id menceritakan keopada
kami dari Qatadah, tentang firman-Nya Ï$[sö7y M»ysÎ7»¡¡9$#ur ia berkat,
“maksudnya adalah bintang-bintang”. Lihat juga riwayat serupa,
As-Suyuti dalam Ad-Durr Al mantsur (8/405), menyandarkannya kepada Abd
bin Hamid. , Al Mawardi dalam An-Nukat wa Al ‘uyun (6/193) dan Ibnu Al Jauzi
dalam Zad Al Masir (9/16).
[12] Abu Kuraib menceritakan kepada kami, ia
berkata: Waki menceritakan keapda kami dari Washil bin As-Sa’ib, dari Atha,
tentang firman-Nya, Ï$[sö7y M»ysÎ7»¡¡9$#ur ia
berkata, “(maksudnya adalah) bahtera-bahtera”. Lihat juga riwayat serupa, Al Mawardi dalam An-Nukat wa Al ‘uyun (6/193) dan Ibnu Al Jauzi
dalam Zad Al Masir (9/16).
[13] Abu kuraib menceritakan kepada kami dari
Washil bin As-Sa’ib, dari Atha,
tentang firman-Nya, $Z)ö7y ÏM»s)Î7»¡¡9$$sù ia berkata, “(maksudnya adalah) kuda.”
Lihat Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari (Penerj. Amir Hamzah), Tafsir
Ath-Thabari Juz ‘Amma (terj. Jami’ al-Bayan an Ta’wil Ayi al-Qur’an),
Jilid ke-26, cet. ke-1 (Jakarta : Pustaka Azzam, 2009), h. 94.
[14] Bisyr menceritakan kepada
kami, ia berkata: Yazid menceritakan kepada kami, ia berkata: Sa’id menceritakan
kepada kami dari Qatadah, tentang firman-Nya,
$Z)ö7y ÏM»s)Î7»¡¡9$$sù ia berkata, “(maksudnya adalah)
bintang-bintang.” Lihat Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari (Penerj. Amir
Hamzah), Tafsir Ath-Thabari Juz ‘Amma (terj. Jami’ al-Bayan an Ta’wil
Ayi al-Qur’an), Jilid ke-26, cet. ke-1 (Jakarta : Pustaka Azzam, 2009), h.
94.
[15] Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari (Penerj. Amir Hamzah), Tafsir
Ath-Thabari Juz ‘Amma (terj. Jami’ al-Bayan an Ta’wil Ayi al-Qur’an),
Jilid ke-26, cet. ke-1 (Jakarta : Pustaka Azzam, 2009), h. 93
Lihat
juga riwayat serupa, Ibnu Al Jauzi dalam Zad Al Masir (9/17..
[16] Imam Jalaluddin Mahalli dan Imam Jalaluddin As-Suyyuti (penerj. Bahrun
Abu bakar), Tafsir Jalalain Berikut Asbabun Nuzul Ayat Suart Al-Kahfi
s.d An-Nas (terj. Tafsir Jalalin), Jilid 2, cet. ke-6 (Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 2009), h. 1252.
[17] Al-Imam Muhammad ‘usman Abdullah Al-Mirgani
(penerj. Bahrun Abu Bakar), Mahkota Tafsir (terj. Taajut Tafaasir),
jilid 3, cet. ke-1 (Bandung : Sinar Baru Algensindo, 2009), h. 3498-3499.
[18] Lihat penejelasannya
lebih lanjut Imam Jalaluddin Mahalli dan Imam Jalaluddin As-Suyyuti (penerj. Bahrun
Abu bakar), Tafsir Jalalain Berikut Asbabun Nuzul Ayat Suart Al-Kahfi
s.d An-Nas (terj. Tafsir Jalalin), Jilid 2, cet. ke-6 (Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 2009), h. 1262.
[19] Untuk penjelasan asbabun
nuzul ayat 10, 12, dan 42-44 lihat Al-Imam Muhammad ‘usman Abdullah Al-Mirgani
(penerj. Bahrun Abu Bakar), Mahkota Tafsir (terj. Taajut Tafaasir),
jilid 3, cet. ke-1 (Bandung : Sinar Baru Algensindo, 2009), h. 3510-3511.
[20] Akhir surat An-Naba ayat 38-40 :
tPöqt
ãPqà)t
ßyr9$#
èps3Í´¯»n=yJø9$#ur
$yÿ|¹
(
w
cqßJ¯=s3tGt
wÎ)
ô`tB
tbÏr&
ã&s!
ß`»oH÷q§9$#
tA$s%ur
$\/#uq|¹
ÇÌÑÈ
y7Ï9ºs
ãPöquø9$#
,ptø:$#
(
`yJsù
uä!$x©
xsªB$#
4n<Î)
¾ÏmÎn/u
$¹/$t«tB
ÇÌÒÈ
!$¯RÎ)
öNä3»tRöxRr&
$\/#xtã
$Y6Ìs%
uQöqt
ãÝàZt
âäöyJø9$#
$tB
ôMtB£s%
çn#yt
ãAqà)tur
ãÏù%s3ø9$#
ÓÍ_tFøn=»t
àMZä.
$R/ºtè?
ÇÍÉÈ
38). Pada hari, ketika
ruh dan para malaikat berdiri bershaf- shaf, mereka tidak berkata-kata, kecuali
siapa yang Telah diberi izin kepadanya oleh Tuhan yang Maha Pemurah; dan ia
mengucapkan kata yang benar 39). Itulah
hari yang pasti terjadi. Maka barangsiapa yang menghendaki, niscaya ia menempuh
jalan kembali kepada Tuhannya 40). Sesungguhnya
kami Telah memperingatkan kepadamu (hai orang kafir) siksa yang dekat, pada
hari manusia melihat apa yang Telah diperbuat oleh kedua tangannya; dan orang
kafir berkata:"Alangkah baiknya sekiranya dahulu adalah tanah".
[21] Akhir surat Al-Infitar
ayat 9-19 :
xx.
ö@t/
tbqç/Éjs3è?
ÈûïÏe$!$$Î/
ÇÒÈ
¨bÎ)ur
öNä3øn=tæ
tûüÏàÏÿ»ptm:
ÇÊÉÈ
$YB#tÏ.
tûüÎ6ÏF»x.
ÇÊÊÈ
tbqçHs>ôèt
$tB
tbqè=yèøÿs?
ÇÊËÈ
¨bÎ)
u#tö/F{$#
Å"s9
5OÏètR
ÇÊÌÈ
¨bÎ)ur
u$£Úàÿø9$#
Å"s9
5OÏtrb
ÇÊÍÈ
$pktXöqn=óÁt
tPöqt
ÈûïÏd9$#
ÇÊÎÈ
$tBur
öNèd
$pk÷]tã
tûüÎ6ͬ!$tóÎ/
ÇÊÏÈ
!$tBur
y71u÷r&
$tB
ãPöqt
ÈûïÏd9$#
ÇÊÐÈ
§NèO
!$tB
y71u÷r&
$tB
ãPöqt
ÉúïÏe$!$#
ÇÊÑÈ
tPöqt
w
à7Î=ôJs?
Ó§øÿtR
<§øÿuZÏj9
$\«øx©
(
ãøBF{$#ur
7Í´tBöqt
°!
ÇÊÒÈ
9).
Bukan Hanya durhaka saja, bahkan kamu mendustakan hari pembalasan
10). Padahal Sesungguhnya bagi kamu ada
(Malaikat-malaikat) yang Mengawasi (pekerjaanmu) 11). Yang mulia (di sisi Allah) dan mencatat
(pekerjaan-pekerjaanmu itu) 12). Mereka
mengetahui apa yang kamu kerjakan 13).
Sesungguhnya orang-orang yang banyak berbakti benar-benar berada dalam
syurga yang penuh kenikmatan 14). Dan
Sesungguhnya orang-orang yang durhaka benar-benar berada dalam neraka 15). Mereka masuk ke dalamnya pada hari pembalasan
16). Dan mereka sekali-kali tidak dapat
keluar dari neraka itu 17). Tahukah kamu
apakah hari pembalasan itu? 18). Sekali
lagi, tahukah kamu apakah hari pembalasan itu? 19). (yaitu) hari (ketika) seseorang tidak berdaya
sedikitpun untuk menolong orang lain. dan segala urusan pada hari itu dalam
kekuasaan Allah.
[22] M. Quraish Syihab,
Tafsir Al-Misbah : Pesan, kesan dan keserasian al-Quran, vo. 15, cet. ke-9 (Tangerang Selatan :
Lentera hati, 2007), h. 32.
[23] M. Quraish Syihab, Tafsir Al-Misbah :
Pesan, kesan dan keserasian al-Quran,
vo. 15, cet. ke-9 (Tangerang Selatan : Lentera hati, 2007), h. 33.
[24] Lihat Tim Departemen
Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jilid 10, Cet. ke-1 (Jakarta :
Departemen Agama), h. 529.
[25] Tafsir Ibnu Abbas adalah
kumpulan Tafsir bil Ma’tsur dari riwayat Ibnu Abbas. Tidak dijelaskannya
tafsiran surat An-Naziat ayat 1-4 mengindikasikan bahwa Ibnu Abbas tidak
meriwayatkan ayat tersebut. Untuk lebih jelahnya lihat Ali bin Abi Thalhah
(penerj. Muhyiidin Mas Rida, dkk.), Tafsir Ibnu Abbas (terj. Tafsir
Ibnu Abbas: Al Musamma Shahifah Ali bin Abu Thalhah an Ibni Abbas fi Tafsir
Al-Qur’an Al-karim),cet. ke-1 (Jakarta : Pustaka Azzam, 2009), h. 784-787.
[26] Muhammad Ahmad Isawi
(penerj. Ali Murtadho Syahudi), Tafsir Ibnu Mas’ud (ter. Tafsir
Ibnu Mas’ud : Jam ‘wa tahqiq wa dirasah), Cet. ke-1 (Jakarta :
Pustaka Azzam, 2009), h. 1055.
[27] Muhammad Ahmad Isawi (penerj. Ali Murtadho
Syahudi), Tafsir Ibnu Mas’ud (ter. Tafsir Ibnu Mas’ud :
Jam ‘wa tahqiq wa dirasah), Cet. ke-1 (Jakarta : Pustaka Azzam,
2009), h. 1056.
[28] Muhammad Ahmad Isawi (penerj. Ali Murtadho
Syahudi), Tafsir Ibnu Mas’ud (ter. Tafsir Ibnu Mas’ud :
Jam ‘wa tahqiq wa dirasah), Cet. ke-1 (Jakarta : Pustaka Azzam,
2009), h. 1056.
[29] Muhammad Ahmad Isawi
(penerj. Ali Murtadho Syahudi), Tafsir Ibnu Mas’ud (ter. Tafsir
Ibnu Mas’ud : Jam ‘wa tahqiq wa dirasah), Cet. ke-1 (Jakarta :
Pustaka Azzam, 2009), h. 1056.
[30]
Agar
kita dapat memahami konteks ayatnya dan secara menyeluruh, alangkah baiknya
kita cermati ayat berikutnya. Dari seluruh ayat surat An-Naziat yang berjumlah
46, setelah ayat keempat, ketiga ayat selanjutnya (ayat 5, 6, dan 7) yang
menurut kami masih terkait erat dalam topik macam malaikat dan fungsinya
:
ÏNºtÎn/yßJø9$$sù #XöDr& ÇÎÈ tPöqt ß#ã_ös? èpxÿÅ_#§9$# ÇÏÈ $ygãèt7÷Ks? èpsùÏ#§9$# ÇÐÈ
5). Dan (Malaikat-malaikat) yang mengatur urusan (dunia)
6). (Sesungguhnya kamu akan
dibangkitkan) pada hari ketika tiupan pertama menggoncang Alam 7). Tiupan pertama itu diiringi oleh tiupan kedua.
Ketiga ayat tersebut menegaskan beberapa macam
malaikat dan fungsinya. Sedang ayat sesudahnya tidak membicarakan lagi hal
tersebut. Karena pembahasan kita adalah ayat 1-4 surat An-Naziat saja, makaa
dari sekian banyak macam malaikat dan fungsinya kita bahas ketiga point di
atas.
[31] Untuk memahami point yang
kedua terakhir silahkan lihat pada bagian “Makna Topik” pembahasan
sebelumnya.
[32] Darwis Abu Ubaidah, Tafsir Al-Asas :
Tafsir lengkap dan menyentuh ayat-ayat seputar Islam, Iman dan ihsan, cet.
ke-1 (Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2012), h. 125.
Pernyataan
bahawa penyebutan Izroil bagi malaikat pencabut nyawa tidak terdapat pada kitab-kitab
yang telah ditulis para ulama terdahulu perlu ditinjau lebih dalam. Karena
secara kultur umat Islam, pemahaman yang diyakini kebenarannya yang berkembang
dimasyarakat biasanya terdapat pada
kitab-kitab karya ulama-ulama. Terutama ulama salaf. Kata ulama terdahulu hemat
kami definisi dalam buku tafsir ini belum terdefinisikan dengan baik.
Makalah ini ditampilkan secara penuh pada halaman web www.FaisalHilmi.com ini. Lengkap dengan footnote & daftar pustaka. Anda bisa baca langsung atau download gratis makalah Malaikat & Fungsinya : Studi Tafsir Quran surat An-Naziat ayat 1-4 klik http://goo.gl/i49Sn. Hargailah karya ini dengan mencantumkan sumbernya. Memaknai hidup dengan berbagi.