Lebih Sulitnya Mengerti "Logika Perasaan"?
Memiliki rasa seperti ini salah, memiliki rasa seperti itu salah. Melangkah ke kiri salah, melangkah ke depan salah. Semuanya serba salah. Sungguh, terasa semuanya serba salah. Saya rasa, perasaan memiliki logikanya sendiri. Logika yang tidak bisa dimengerti oleh cara kerja logika akal yang sebenarnya.
Karena perasaan memiliki cara kerja sendiri, maka tidak heran saya amati memiliki hukum sendiri. Misalnya? Contohnya adalah hukum dalam benci dan cinta, bahwasanya kebencian yang sangat pada seseorang dapat berubah menjadi cinta. Dan dalam hukum perasaan, kedua rasa cinta dan benci bisa bercampur dalam seseorang sekaligus dalam merespon seseorang.
Logika perasaan ini lebih saya maksudkan maknanya adalah rasa cinta, benci, kecewa dan rindu. Terutama rasa cinta tadi. Hal yang membuat saya sulit memahami logika perasaan adalah memahaminya disertai dengan kenagan pelukaan yang membuat hati pilu dan perih.
Sehingga saat saya mencoba memahmi cara merespon terbaik rindu misalnya, yang timbul dalam hati hanya rasa yang semakin gelisah dan resah. Karena setelah saya tahu bahwa para sastrawan mengatawan obat rindu adalah bertemu dengan sang kekasih. Sedang kondisi saya saat ini adalah pertama, cinta saya belum terbalas dan kedua, bertemu sang pujaan hati saat ini hanya akan menimbulkan dosa, di mana posisi saya saat ini belumlah menjadi kekasih halalnya.
Dalam KBBI, logika diartikan pertama, pengetahuan tentang kaidah berpikir. Kedua, jalan pikiran yg masuk akal. Sebetulnya istilah logika perasaan ini bukanlah istilah sebenarnya. Bisa juga hal ini disebut emosi kehidupan.
Mungkin gaya saya yang terlalu kaku dan baru dalam merasakan cinta dan mengelolanya, sehingga yang saya rasakan begitu sulit memahami cara kerja perasaan saya sendiri dan perasaan orang yang saya cintai atau perasaan orang lain. Sepertinya tidak cukup saya hanya membaca buku-buku dan referensi mengenai dunia percintaan. Tak cukup pula sekedar konsultasi. Namun banyak yang menyarankan untuk praktek langsung dalam dunia perasaan ini. Hal ini seperti yang disarankan my close friend Madun dan Muhtar MS mahasiswa jur. bimbingan dan penyuluhan Islam.
Belajar memahami dan mengerti perasaan orang yang dicintai. Belajar merespon cinta yang diberikan. Belajar memanage dan mengontrol perasaan sendiri. Belajar menghargai cinta orang lain yang diberikan pada saya dan lainnya.
Namun saya semakin bingung dan sulit mengerti perasaan. Bila banyak yang menyarankan saya untuk merasakannya langsung. Haruskah saya pacaran? Atau haruskah saya menikah? Hemat saya, pacaran adalah haram. Jika didudukan, banyak mudhorot yang ditimbulkan dari interaksi pacaran dibandingkan manfaatnya. Namun saya juga belum bisa saat ini untuk menikah. Lalu haruskah saya menunggu belajar cinta atau bisa saat ini juga?