Wanita Bermata Sendu : First Love yang Menggalaukan, Menggilakan & Mendewasakan
Apa yang terjadi pafa kita saat ini, bagaimanapun seburuknya keadaan. Saya yakin pasti ada hikmahnya yang mendorong kita agar tumbuh dan berkembang lebih baik dan berkualitas. Hal ini pula yang terjadi pada kisah cinta pertama yang mendatangi saya.
Dalam umur ke-20 inilah saya baru tahu rasanya itu namanya cinta, kasih sayang, rindu, resah, gelisah hingga galau. Kata galau kurang saya sukai, saya lebih suka menggambarkan seperti itu dengan sebutan resah dan gelisah. Namun, ada satu rasa yang belum saya rasakan dalam first love yang mengesankan ini. Yaitu rasa cemburu. Saya tahu definisinya (teori), tapi saya belum pernah merasakannya.
Karena sem. 1 sibuk dengan kerja di suatu majalah bernuansa Islam berskala nasional berbentuk komunitas. Hal ini tanpa disadari "memaksa" saya untuk mengulang kelas Inggris 1, mata kuliah yang tanpa disadari "terlantarkan."
Saya masuk mengulang bahasa Inggris dengan pede banget. Duduk paling depan. Saya perhatikan sekeliling kelas, pada pertemuan pertama hanya saya yang mengulang sepertinya. Semuanya sem. 1.
Alhamdulillah puji syukur pada dzat Maha Perkasa. Dengan niat tidak mengulangi kesalahan menelantarkan kuliah hingga harus mengulang, rasa malu, menyesal, meratapi tidak begitu mendera diri saya ketika itu. Saya bersyukur, saya akan mendapat pelajaran pikir saya. Tinggal tidak saya ulangi kesalahan ini.
Hati Tertarik pada Kelucuan dan Keanehan Gayanya
Berjalannya waktu, ada seorang wanita yang tanpa saya sadari menyedot perhatian saya sejengkal demi sejengkal. Pandangannya hambar. Tidak tersenyum, namun juga tidak marah. Ia duduk biasanya di barisan ketiga.
Tanpa saya sadari, perhatian saya tertarik padanya. Mata sendunya menarik hati saya. Saya sadari selang berjalannya waktu membentuk wajahnya yang kharismatik.
Ada kelucuan dan keanehan yang melanda pandangan saya padanya. Dia berjalan sangat aneh dan lucu. Cara berjalannya seperti pria, bahkan lebih aneh. Ketidakmatcingan bajunya yang gombrang dengan tas yang ia gunakan seperti tas anak SD dan SMP.Saya pun mulai sadar, saya menyukai wanita yang perawakannya tinggi.
Keanehan dan kelucuan lainnya adalah ketika ia pulang kuliah bersama teman-temanya melewati tangga yang tinggi teman-temanya setengah lebih sedit dari perawakannya. Hingga terlihat tidak serasi dan lucu banget. Mengganjil.
Kelucuan ini pun saya lihat ketika dia mengunjungi Indonesian Book Fair (IBF) di Senayan pada tahun 2011 bila tidak salah. Ia berjalan dengan 2 atau tiga temannya yang yang badanynya berukuran setengah lebih sedikit dari perawakannya.
Pada saat ini, saya belum tahu namanya. Namun saya sadar, jauh sebelum saat pertemuan di IBF hati saya sudah tertarik padanya. Maka tidak heran, ketika saya bertemu dengannya, saya langsung bertanya, "Kamu yang di kelas English itukan?" semacam itulah saya bertanya. Dia menjawab, "ia." Kita pun masing-masing sibuk mereview kilas buku-buku yang dijajakan para penerbit untuk kami beli.
Pernah saya berdiri berjarak satu meteran, saya lihat baju yang dikenakan seperti belum disetrika??!! Tapi kurang tahu juga. Tapi lucu dan aneh banget pokoknya. Wanita yang tidak perhatian dan tidak peduli dengan gaya feminisnya.
To be continue... Capek ah nulisnya belajar dulu haha...